Minggu, 20 November 2016

Cara Membuat Film Pendek Yang Baik

Hai sobat filmholic.
Salam sejahtera selalu buat Anda semua..

Membuat film pendek bagi filmholic seperti kita tentunya hal yang sangat menggairahkan, pun sangat menantang. Apalagi dengan maraknya festival film jenis ini di tanah air pada beberapa tahun terakhir.
Begitupun yang saya rasakan.
Geregetan rasanya untuk segera menulis skrip, merancang produksi, casting pemeran, dan mensyut sendiri film pendek saya.
Hati bergejolak dengan semangat dan ambisi, pikiran berkelebatan dengan imajinasi serta ide-ide cerita dan visualisasinya.
Nah, kali ini saya ingin bagi-bagi sedikit cerita dan pengalaman seputar produksi film pendek pertama saya di tahun 2009 yang lalu. Bukan film besar tentunya, sebaliknya hanya karya amatir dengan budget minim yang dibuat dengan semangat nekad :-) . Sebuah film yang dibuat sebelum saya mengetahui cara membuat film pendek yang baik.

Kalau saya ingat-ingat kebelakang, keinginan membuat film ini sebenarnya sudah sangat lama terbangun didalam hati dan pikiran saya. Kalau tidak salah, sejak duduk di bangku SMA belasan tahun yang lalu. Dengan berbagai alasan, baru 15an tahun kemudianlah keinginan itu dapat mulai terwujud. Saat saya sudah menjadi seorang karyawan. Saya ingat keputusan nekad membuat film sendiri itu timbul atau berawal dari pikiran, “ah, kalau terus menuruti kesibukan dan mengalah pada berbagai halangan, ketakutan dan suasana hati, bisa-bisa nggak akan pernah bikin film”. Jadi, nekad. Itulah awalnya, kata kuncinya. Tapi maksud saya bukan nekad total dan hantam kromo lho ya. Nekad dalam tekad dan nyali. Dalam kemauan menyisihkan uang di tengah berbagai kebutuhan hidup, dalam mengajak kawan-kawan baru yang belum lama saya kenal di sebuah workshop film, dalam melakukan syuting tanpa pengalaman sama sekali. Saya persiapkan saja segala sesuatunya sesuai ilmu yang ada pada saya saat itu. Lalu, syuting!

MODAL
Idealnya sebagai cara membuat film pendek yang baik, modal berasal dari patungan beberapa orang yang ingin memproduksi film bersama. Atau dari sponsor, bisa juga secara crowdfunding. Namun karena ini karya pertama dimana saya ingin melakukan semuanya sesuai keinginan saya, maka saya pikir modal harus dari kantong sendiri dahulu. Tidak usah menunggu adanya pihak yang mau mendanai. Lagi pula, saya sendiri toh belum yakin akan kemampuan diri sendiri dalam membuat film. Jadi saya merogoh kocek dalam-dalam dari rekening tabungan gaji bulanan saya. 100% dari kantong pribadi. Yah, walaupun pahit akibatnya karena ini mengurangi simpanan saya dalam jumlah yang sangat signifikan! J

CERITA
Berawal dari keprihatinan saya akan kehidupan para pekerja jalanan yang saya sering lihat di jalanan, di Jakarta pada khususnya. Mereka para pembersih sampah, pemulung, pengamen, dsb. Kehidupan mereka begitu keras, namun sangat minim perhatian dari pemerintah maupun kita sebagai masyarakat sendiri. Cenderung kita menganggapnya sebagai fenomena yang biasa. Nah, inti cerita ini adalah tentang seorang pemuda perantau yang depresi karena perjuangannya yang stagnan dalam hidup di Jakarta, namun kemudian sadar setelah secara tak sengaja memperhatikan kehidupan para pekerja jalanan ini.

PEMERAN
Gado-gado. Ada yang dari teman satu kelas di kursus akting (saya sengaja kursus akting juga untuk menambah wawasan), ada yang baru kenal di workshop film pendek, ada juga dari temannya teman. Pokoknya mereka yang saya rasa cocok dengan karakter tokoh di film ini, langsung saya tawarkan untuk ikut main. Bukan cara ideal untuk mencari pemain, saya tahu. Casting pemain seharusnya dilakukan sebagai cara membuat film pendek yang baik. Tetapi, kendala waktu dan budget membuat saya harus potong kompas dengan cara seperti ini. Barulah pada produksi film berikutnya saya melakukan casting.

JALANNYA PRODUKSI
Syuting dilakukan selama 3 minggu setiap hari Sabtu dan Minggu pada November dan Desember 2009 yang lalu. Molor dari rencana, dikarenakan beberapa faktor seperti tidak on time nya beberapa teman pendukung produksi, dan kesalahan saya memprediksi lama waktu pengambilan gambar. Ternyata untuk membuat 1 scene sederhana saja bisa membutuhkan waktu yang lama. Coba-coba penempatan kamera, kesalahan dialog pemeran, dsb. menjadi penyebabnya. Maklum, belum berpengalaman :-(

KENDALA
Ada beberapa kendala yang saya dan tim alami akibat tidak mengikuti cara membuat film pendek yang baik. Dari pra produksi hingga pasca produksi. Berikut sebagian diantaranya:
1. Lokasi terlalu banyak
Saya kurang memperhatikan ini. Ternyata salah satu kunci sukses untuk memproduksi film pertama kali adalah, lakukan syuting di sesedikit mungkin lokasi yang berbeda, apalagi berjauhan. Repot dan ribet, guys. Ya transportnya, ya biayanya, ya ketepatan waktu para kru dan pemerannya, ya cuaca, ya membawa alatnya…
Dengan begini konsentrasi pada mutu dan jalan cerita jadi terpecah.
2. Skenario terlalu panjang
Film pendek sebaiknya to the point, ringkas, padat, berisi. Kalau jalan cerita panjang? Justru disitu tantangannya bagaimana menyederhanakan cerita. Dragging (bertele-tele); itulah yang saya rasakan setelah menonton hasil akhir film ini. Dan selanjutnya, saat membaca kembali skenarionya.
18 menit, bayangkan :-(
Walaupun batasan sebuah film disebut film pendek adalah 30 menit, tetapi saya belajar bahwa sebaiknya sebuah film pendek disampaikan dengan cara yang SEEFEKTIF mungkin. Setelah saya baca skenario, seharusnya durasi 18 menit itu bisa disederhanakan menjadi 10 menit saja.
3. Properti yang terlalu banyak
Ringkas dalam segala hal, agar bisa konsentrasi pada akting pemain dan jalan cerita. Itu yang saya belum sadari. Gabus styrofoam, kertas scotlight, alat tulis, rokok, botol (pura-pura) minuman keras, dsb. Saya borong dari Gramedia dan toko lain. Mau bikin prakarya atau bikin film pendek!?
4. Waktu aktor yang terbatas (sudah berkeluarga)
Sebagian besar pemeran film saya sudah berkeluarga dan memiliki anak. Walaupun sudah berkomitmen untuk menyelesaikan syuting, tetap saja saya nggak enak untuk menyita waktu weekend mereka terlalu lama. Apalagi, sebagian penyebab molornya waktu syuting adalah kesalahan saya sendiri memperkirakan jadwal.. Jadilah, penyederhanaan skenario disana-sini terjadi secara mendadak di lapangan. Efek berantainya, jalan cerita jadi sedikit menyimpang dari skenario awal dan akhirnya berimbas pada hasil akhir film yang jauh dari memuaskan.
5. Kru nggak on time
Ini masalah klasik produksi film amatir, sepertinya. Sudah dikasih jadwal, dikasih pengertian, dikasih honor pula (walau sangat sedikit), masih nggak bisa tepat waktu. Akibatnya jelas, target jumlah adegan yang bisa diambil dalam satu hari jadi berkurang. Hal ini menjadi pelajaran bahwa untuk produksi berikutnya, saya harus tekankan di awal masalah-masalah yang nampaknya sepele tapi ternyata (sangat) penting ini.
6. Minim pengetahuan seputar rental peralatan, sehingga dapat alat yang kurang optimal dengan harga mahal, dan lokasi yang jauh.
Terutama adalah, kamera. Saya memakai kamera Panasonic MD 9000 dan 10000 (standar kamera untuk liputan pernikahan di tahun itu), karena saya kira secara umum di semua Rental pasti lebih murah dibanding kamera standar Broadcast. Ternyata tidak. Di Rental lain yang saya baru tahu setelah selesai syuting, ternyata ada kamera Broadcast yang sama harga sewanya dibanding kamera Panasonic itu. Lebih nyeseknya di dada lagi, lokasinya ternyata di kelurahan tetangga yang cuma butuh biaya transport 10an ribu rupiah PP! Sementara untuk ke Rental Panasonic itu harus mengeluarkan dana lebih dari 50 ribu rupiah.. :-( Padahal perasaan, saya sudah browsing internet untuk riset Rental ini lho. Ternyata kesadaran para pemilik rental untuk mengiklankan diri di internet masih kurang. Sayang sekali..
7. Alat rusak: bohlam lampu putus
Saat menyewa lampu, saya tidak diberi lampu cadangan. Akibatnya saat lampu itu mati saat syuting, berimbas ke kualitas pencahayaan. Di editing deh, saya harus ekstra color correction. Itupun hasilnya tak bisa sempurna. Sudah begitu, disuruh ganti harga lampu pula. Pelajaran guys, saat kita menyewa alat, kita harus menanyakan dulu ketentuan penyewaan secara jelas dan rinci. Nampaknya menjadi wajib adalah, kita harus minta lampu cadangan.
8. Cuaca Buruk
Mendung gelap dan hujan sempat mengkhawatirkan, namun untungnya tak terlalu banyak mengganggu. Lain kali kalau mau syuting, tak ada salahnya mengintip prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi dan Geofisika.
9.Komputer nggak siap buat editing + nggak familiar dengan software yang simple
Sebagai video editor, saya biasa menggunakan Avid dan Final Cut Pro di kantor. Namun saat saya coba install di PC di rumah, ternyata hardware saya nampaknya kurang support dengan kedua software itu. Saya coba menggunakan software yang sederhana seperti Ulead Studio dan Windows Movie Maker, ternyata kurang nyaman dan kurang lengkap tool-nya karena terlalu simple. Akhirnya saya mengggunakan Adobe Premiere, yang fitur-fiturnya tak kalah dengan Avid dan FCP, juga tak terlalu rewel dengan spesifikasi teknis komputer. Tak salah rasanya, kalau banyak orang bilang software ini adalah software editing ‘sejuta umat’ :-)
Hanya saja resikonya, saya harus mengedit pelan-pelan sebab belum familiar dengan software ini.
10. Salah estimasi lama syuting, merusak jadwal keseluruhan
11. Kurang tepat pemahaman tentang film pendek
Setelah saya tonton hasilnya, film saya ini jadi seperti sinetron. Padahal seharusnya (dibandingkan film-film pendek luar negeri yang saya tonton), film pendek seharusnya singkat saja—kurang dari 15 menit, konfliknya padat dan ringkas saja. Mengambil 1 peristiwa saja dalam rentang waktu pendek.
12. Terlalu sibuk dan Malas untuk mengedit!
Hampir 6 bulan, film ini baru jadi :-(
Lain kali, harus saya usahakan untuk lebih tepat waktu, tak menuruti mood dan kesibukan yang seolah tak ada habisnya.

Rekan-rekan film holic,
Itulah sekilas cerita mengenai film pendek saya, berikut pelajaran yang saya petik daripadanya. Setelah itu saya baca-baca artikel di internet, saya menemukan pelajaran-pelajaran berharga seputar cara membuat film pendek yang baik, yang memperkaya pemahaman saya tentang produksi film pendek. Berikut saya cuplikkan sebagian darinya, yang beberapa diantaranya serupa dengan kesalahan yang saya lakukan diatas dan solusi pemecahannya.

Cara Membuat Film Pendek Yang Baik

Cara Membuat Film Pendek Untuk Pemula

Berikut adalah beberapa langkah untuk diikuti ketika membuat film pendek.

1. Memilih naskah pendek
Meskipun pembuat film mungkin tergoda untuk mengambil kamera dan segera memulai syuting, sebuah film yang baik menceritakan sebuah cerita dengan awal, tengah, dan akhir. Jadi naskah-nya memastikan bahwa film ini mengisahkan cerita seperti itu.
Setiap orang mungkin dapat menulis naskah, tetapi alternatif yang akan membuat Anda memulai praktek pembuatan film dengan lebih cepat adalah dengan men-download naskah dari Internet. Sebagai contoh, beberapa situs menawarkan  ‘naskah duet akting’.

Naskah duet akting menggambarkan satu adegan berdurasi sepuluh menit antara dua aktor, tanpa dialog. Ideal bagi mereka yang baru mulai membuat film, skrip seperti itu menawarkan kesempatan besar untuk pengakraban diri dengan syuting.

2. Membuat Storyboard
Setelah skrip aman, kita bisa membuat storyboard, yaitu gambar visualisasi dari setiap adegan.  Banyak pekerjaan dalam membuat sebuah film adalah mengatur storyboard, terutama mengingat bahwa pembuatan storyboard ini dapat menghemat banyak waktu dalam jangka panjang.

Keuntungan dari pekerjaan ini adalah bahwa itu tidak mahal dan menghematwaktu daripada mencari tahu aliran film saat film benar-benar sudah syuting. Jalan cerita yang baik tidak perlu sebuah karya seni; selama memungkinkan pembuat film untuk fokus pada pengambilan gambar ketika tiba saatnya untuk syuting, itu sudah storyboard yang baik.

3. Pencarian Lokasi Syuting
Meskipun sebuah film akan ditentukan oleh naskah, penting untuk menemukan lokasi yang cocok untuk mulai syuting.

Sebagai contoh, jika sebuah film berlangsung di sebuah kedai kopi, harus diputuskan apakah akan syuting di kedai kopi yang sebenarnya, yang akan memerlukan izin dari pemiliknya, atau untuk meniru lingkungan sebuah kedai kopi. Jika film berlangsung di luar ruangan, salah satu kebutuhan adalah untuk menemukan lokasi yang aman. Jika syuting terjadi di dalam Ruangan, kita perlu menemukan tempat indoor yang mana film tidak akan terganggu. Jika film bergantung pada properti, hal ini juga harus diperhitungkan saat memilih lokasi.

Menjadi sadar bahwa tidak selalu mudah untuk menemukan lokasi yang murah, jadi kecuali Anda punya anggaran yang cukup besar untuk ini, cobalah untuk menetapkan lokasi adegan di sekitar lokasi yang Anda benar-benar memiliki akses penuh terhadapnya, daripada tempat-tempat seperti bank atau supermarket.

4. Memilih Kamera

Membuat Film Pendek Dengan Kamera Hp

Kamera film konvensional itu mahal, tetapi kamera digital memberikan pilihan yang jauh lebih murah untuk para pembuat film pemula. Saat ini sangatlah mungkin untuk menggunakan iOS atau perangkat Android untuk membuat film pendek dan bahkan beberapa film sukses telah dibuat dengan menggunakan hanya sebuah ponsel pintar.

Kelemahan utama dari perangkat ini adalah ruang penyimpanan, sehingga bilamana mungkin belilah kamera digital film khusus. Meskipun kamera digital film high end mahal, ada pasar untuk kamera konsumen yang tak begitu mahal. Kamera tersebut mampu merekam film definisi tinggi (HD) dan sangat portabel. Selain itu, mereka memungkinkan rekaman bisa ditransfer ke komputer dengan mudah untuk diedit dan pasca-produksi.

Pembahasan lebih lanjut mengenai cara membuat film pendek menggunakan kamera Hp ini dapat Anda baca disini.

5. Mengedit Film

Software Untuk Membuat Film

Rekaman asli (mentah) seringkali tidak menceritakan sebuah cerita dan sering mengandung materi tambahan yang tidak relevan dengan naskah. Hal ini sengaja dilakukan demi efisiensi lokasi syuting, pakaian, dsb. yang pada ujungnya adalah efisiensi biaya.

Untungnya, mengedit telah dibuat lebih mudah dengan pengeditan generasi terbaru. Meskipun beberapa software dapat dibeli dengan biaya beberapa ribu dolar, untuk film pendek biasanya cukup menggunakan paket perangkat lunak gratis. Windows, misalnya, datang dengan Windows Live Movie Maker, yang telah populer selama bertahun-tahun.

Kebanyakan Apple Mac dilengkapi dengan iMovie, software yang dirancang untuk pendatang baru yang benar-benar cukup powerful untuk editing. Software murah lainnya adalah ScreenFlow (berharga sekitar $100):

Mengikuti langkah-langkah ini akan memberikan kita pengalaman dalam pembuatan film dan akan memberikan gambaran kasar terhadap para pembuat film pemula tentang bagaimana sebuah film dibuat.

Guys, itulah sedikit tentang proses produksi film saya, berikut sedikit wawasan tentang cara membuat film pendek yang baik. Silahkan jadikan referensi, agar kesalahan yang telah saya lakukan jangan sampai terjadi pada anda.

See you bro and sist..



Terima kasih untuk  sumber-sumber artikel ini:
Produksi-film.blogspot.co.id
www.nyfa.edu
www.youtube.com